Halaman

Kamis, 28 November 2013

Bagaimana UU akuntan publik no. 5 tahun 2011 menghadapi IFRS?


Akhir-akhir ini IFRS menjadi pembicaraan di bidang akuntansi, top manajemen perusahaan-perusahaan yang sudah Go Public dan para akademisi serta para auditor yang melakukan auditing terhadap laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang sudah menerapkan IFRS tersebut dalam pelaporan keuangannya.
Seiring dengan perkembangan kegiatan ekonomi dan globalisasi menuntut adanya suatu standard akuntansi internasional yang dapat diterima dan dapat dipahami secara internasional, oleh karena itu muncullah suatu standard internasional yaitu IFRS. Dimana tujuan dari konvergensi ini adalah agar informasi keuangan yang dihasilkan dapat diperbandingkan, mempermudah dalam melakukan analisis kompetitif dan hubungan baik dengan pelanggan, supplier, investor dan kreditor. Indonesia sebagai negara yang terus berkembang dan banyaknya transaksi internasional yang dilakukan mengharuskan Indonesia untuk melakukan konvergensi terhadap IFRS.

Pengertian IFRS
IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International Accounting Standard Board (IASB). IFRS adalah bagian akuntansi internasional di mana untuk mengatur dan melaporkan informasi keuangan. Standar akuntansi ini disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasional (IFAC).
Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB) yang dahulu bernama Komisi Standar Akuntansi Internasional (AISC), merupakan lembaga independen untuk menyusun standar akuntansi. Organisasi ini memiliki tujuan mengembangkan dan mendorong penggunaan standar akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat dipahami dan dapat diperbandingkan (Choi et al., 1999 dalam Intan Immanuela, puslit2.petra.ac.id).

Struktur IFRS
International Financial Reporting Standards mencakup:
·         International Financial Reporting Standards (IFRS) – standar yang diterbitkan setelah tahun 2001
·         International Accounting Standards (IAS) – standar yang diterbitkan sebelum tahun 2001
·         Interpretations yang diterbitkan oleh International Financial Reporting Interpretations Committee (IFRIC) – setelah tahun 2001
·         Interpretations yang diterbitkan oleh Standing Interpretations Committee (SIC) – sebelum tahun 2001 (www.wikipedia.org)

Secara garis besar ada empat hal pokok yang diatur dalam standar akuntansi yaitu :
1.       Definisi elemen laporan keuangan atau informasi lain yang berkaitan
Definisi digunakan dalam standar akuntansi untuk menentukan apakah transaksi tertentu harus dicatat dan dikelompokkan ke dalam aktiva, hutang, modal, pendapatan dan biaya.
2.      Pengukuran dan penilaian
Pengukuran dan penilaian ini digunakan untuk menentukan nilai dari suatu elemen laporan keuangan baik pada saat terjadinya transaksi keuangan maupun pada saat penyajian laporan keuangan (pada tanggal neraca).
3.       Pengakuan
Kriteria yang digunakan untuk mengakui elemen laporan keuangan sehingga elemen tersebut dapat disajikan dalam laporan keuangan.
4.      Penyajian dan pengungkapan laporan keuangan
Penyajian dan pengungkapan laporan keuangan digunakan untuk menentukan jenis informasi dan bagaimana informasi tersebut disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan. Suatu informasi dapat disajikan dalam badan laporan (Neraca, Laporan Laba/Rugi) atau berupa penjelasan (notes) yang menyertai laporan keuangan.

Tujuan IFRS
Tujuan IFRS adalah :memastikan bahwa laporan keungan interim perusahaan untuk periode-periode yang dimaksukan dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang :
1. transparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang peiode yang disajikan
2. menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS
3. dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna

Setelah membahas mengenai IFRS selanjutnya akan membahas mengenai akuntan publik.
Pengertian Akuntan Publik
Akuntan publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari menteri keuangan untuk memberikan jasa akuntan publik di Indonesia. Ketentuan mengenai akuntan publik di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik. Setiap akuntan publik wajib menjadi anggota Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), asosiasi profesi yang diakui oleh Pemerintah.

Perizinan Akuntan Publik
Sesuai dengan UU Akuntan Publik No. 5 Tahun 2011, Izin akuntan publik dikeluarkan oleh Menteri Keuangan dan berlaku selama 5 tahun (dapat diperpanjang). Akuntan yang mengajukan permohonan untuk menjadi akuntan publik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1.   Memiliki Sertifikat Tanda Lulus USAP yang sah yang diterbitkan oleh IAPI atau perguruan tinggi terakreditasi oleh IAPI untuk menyelenggarakan pendidikan profesi akuntan publik.
2.      Apabila tanggal kelulusan USAP telah melewati masa 2 tahun, maka wajib menyerahkan bukti telah mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL) paling sedikit 60 Satuan Kredit PPL (SKP) dalam 2 tahun terakhir.
3.    Berpengalaman praktik di bidang audit umum atas laporan keuangan paling sedikit 1000 jam dalam 5 tahun terakhir dan paling sedikit 500 (lima ratus) jam diantaranya memimpin dan/atau mensupervisi perikatan audit umum, yang disahkan oleh Pemimpin/Pemimpin Rekan KAP.
4.  Berdomisili di wilayah Republik Indonesia yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau bukti lainnya.
5.      Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
6.      Tidak pernah dikenakan sanksi pencabutan izin akuntan publik.
7.   Tidak pernah dipidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
8.      Menjadi anggota IAPI.
9.      Tidak berada dalam pengampuan.
10.  Membuat Surat Permohonan, melengkapi formulir Permohonan Izin Akuntan Publik, membuat surat pernyataan tidak merangkap jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46, dan membuat surat pernyataan bermeterai cukup yang menyatakan bahwa data persyaratan yang disampaikan adalah benar.

Aktivitas atau Jasa Kantor Akuntan Publik
Kantor akuntan publik menyediakan jasa-jasa audit dan telah memperluas cakupan jasanya dengan menyediakan tambahan jasa-jasa atestasi dan assurance. Di dalam jasa-jasa tambahan yang umumnya disediakan oleh kantor akuntan publik tersebut termasuk pula jasa akuntansi dan pembukuan, jasa perpajakan serta jasa konsultasi manajemen. Kantor akuntan publik secara berkesinambungan terus mengembangkan produk-produk dan jasa-jasa baru, termasuk pula spesialisasi dalam perencanaan keuangan dan penilaian bisnis. Adapun kegiatan/ jasa yang diberikan oleh seorang akuntan publik, diantaranya:
1.       Jasa akuntansi dan pembukuan
Kebanyakan klien kecil dengan staf akuntansi yang terbatas menyandarkan diri pada kantor akuntan publik untuuk mempersiapkan laporan keuangan mereka. Beberapa klien kecil kekurangan personil atau keahlian untuk mempersiapkan bahkan jurnal dan buku besar mereka sendiri. selanjutnya kantor akuntan publik melaksanakan serangkaian jasa akuntansi dan pembukuan untuk memenuhi kebutuhan dari para klien ini.
2.      Jasa perpajakan
Kantor akuntan publik mempersiapkan pula perhitungan pajak penghasilan bagi perusahaan dan perseorangan baik bagi klien jasa audit maupun klien non jasa audit. Sebagai tambahan, pajak bumi dan bangunan, pajak hadiah, perencanaan perpajakan, serta aaspek lainnya dari jasa perpajakan disediakan pula oleh sebagian besar kantor akuntan publik. Jasa perpajakan saat ini dilaksanakan oleh hampir semua kantor akuntan publik, dan pada banyak perusahaan yang berskala kecil, jasa-jasa tersebut memegang peranan yang lebih penting dari pada jasa audit.
3.       Jasa konsultasi manajemen
Mayoritas kantor akuntan publik menyediakan beberapa jasa tertentu yang membuat kliennya mampu mengelola bisnis secara lebih efektif. Jasa-jasa ini dikenal dengan sebutan konsultasi manajemen atau jasa penasihat manajemen. Jasa-jasa ini beragam mulai dari saran-saran sederhana untuk meningkatkan sistem akuntansi klien hingga saran dalam strategi pemasaran, instalasi komputer, serta konsultasi manfaat aktuaria. Banyak dari kantor akuntan publik yang besar memiliki departemen-departemen yang terlibat secara eksklusif dalam jasa konsultasi manajemen dengan interksi yang sangat kecil pada staf audit atau staf perpajakan. Pendapatan dari jasa konsultasi manajemen telah meningkat secara signifikan dalam tahun-tahun terakhir ini.

Bagaimana UU akuntan publik nomor 5 tahun 2011 dalam menghadapi IFRS?
Semenjak di gantikannya PSAK dengan IFRS di indonesia, para akuntan publik harus mengesuaikan kinerjanya dengan IFRS di karenakan akuntan publik berperan penting dalam dunia usaha. Akuntan publik dituntut untuk menyajikan laporan keuangan dengan kualitas yang tinggi. Mengingat tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keungan interim perusahaan untuk periode-periode yang dimaksukan dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang :
1. transparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang peiode yang disajikan
2. menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS
3. dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna
IFRS merupakan sistem penyajian laporan keuangan yang telah digunakan di sebagian besar negara di dunia dan telah menjadi acuan dalam kegiatan akuntansi internasional. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, perusahaan-perusahaan besar maupun kecil membutuhkan akuntan publik untuk memeriksa laporan keuangan perusahaan sehingga menghasilkan informasi yang berkualitas tinggi untuk mengambil keputusan. Dengan demikian, akuntan publik harus meningkatkan kinerja dan profesionalisme dalam menghadapi konvergesi IFRS sehingga dapat memenuhi kebutuhan para pengguna jasa akuntan publik danmenjaga kepercayaan yang diberikan pengguna jasa akuntan publik tersebut.

Sumber :

Selasa, 05 November 2013

Review Jurnal


Judul               : AKUNTAN PUBLIK DALAM PENEGAKAN KODE ETIK PROFESI
Pengarang       : Listya Kanda Dewi

Latar Belakang
            Seiring dengan berkembangnya industri dan bisnis, profesi akuntan publik juga mengalami perkembangan. Kebutuhan dunia usaha, pemerintah, dan masyarakat luas akan jasa akuntan publik inilah yang menjadi pemicu perkembangan tersebut. Machfoedz (1997), seorang akuntan dikatakan profesional apabila memenuhi tiga syarat, yaitu berkeahlian, berpengetahuan dan berkarakter. Karakter menunjukkan personality seorang profesional, yang diantaranya diwujudkan dalam sikap dan tindakan etisnya.
Sikap dan tindakan etis akuntan publik diatur dalam Kode Etik Akuntan Publik. Kode etik tersebut dimaksudkan sebagai panduan tentang bagaimana seharusnya para akuntan bertindak. Namun, karena profesi ini semakin berkembang dan peningkatan persaingannya pun semakin tajam, maka upaya untuk menerapkan kode etik dengan tepat menjadi semakin sulit.
Farhan (2009: 3) menyebutkan bahwa banyak laporan keuangan perusahaan yang mendapat unqualified opinion dari akuntan publik, namun justru setelah laporan itu keluar, perusahaan yang bersangkutan mengalami kepailitan. Hal ini mengindikasikan ada yang tidak beres dalam proses pemeriksaan laporan keuangan tersebut. Pada kenyataannya memang selalu ada penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh para akuntan publik. Contoh kasus penyimpangan antara lain adalah skandal antara Enron Corporation dengan Kantor Akuntan Publik (KAP) Arthur Anderson.
Adanya skandal pelanggaran kode etik tersebut telah menciderai profesi akuntan publik dan mengakibatkan citra atau kepercayaan publik terhadap akuntan publik semakin merosot. Terjadinya kasus-kasus penyimpangan kode etik tersebut juga menunjukkan bahwa menegakkan kode etik akuntan publik tidaklah mudah. Profesi akuntan publik sering dihadapkan pada dilema etis dari setiap jasa yang ditawarkan. Situasi konflik dapat terjadi ketika seorang akuntan publik harus membuat professional judgement dengan mempertimbangkan sudut pandang moral. Situasi konflik atau dilema etis seperti hal di atas merupakan tantangan bagi profesi akuntan publik.
Berdasarkan hal tersebut, penulis menganggap bahwa dalam membangun citra akuntan publik di mata publik, akuntan publik harus bisa menjalani perannya sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan kode etik yang berlaku.

Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Dengan metode kualitatif, maka data yang didapat akan lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat dicapai (Sugiyono,2010: 181).
Yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah etika akuntan publik dalam KAP atau dalam arti bahwa bagaimana akuntan publik menerapkan etika profesi dalam menjalankan kewajibannya. Pemilihan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik snowball sampling.
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sumber data berupa data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara penulis dengan pemimpin dan beberapa anggota KAP. Sedangkan data sekunder yang digunakan antara lain adalah dokumentasi yang berasal dari Kode Etik Akuntan Publik, Undang-Undang Akuntan Publik, Standar Profesional Akuntan Publik, buku-buku, artikel, makalah, dan jurnal-jurnal yang berhubungan dengan penelitian ini.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles & Huberman, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing / verification.
Uji keabsahan data yang dilakukan dalam penelitian ini, antara lain adalah:
1. Uji Kredibilitas, yang meliputi:
a. Perpanjangan pengamatan
b. Peningkatan ketekunan
c. Analisis kasus negatif
d. Menggunakan bahan referensi
e. Diskusi dengan teman sejawat
2. Uji Transferability
3. Uji Comfirmability

Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di KAP di Kota Malang. Orang-orang yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah pihak yang secara aktif dan komprehensif terkait langsung dalam lingkup akuntan publik. Mereka adalah orang-orang yang bisa dibilang memiliki banyak pengalaman terkait etika profesi. Mereka sudah pernah memberikan macam-macam jasa assurance. Mereka juga telah menemui berbagai klien dalam bidang bisnis yang berbeda-beda. Kualifikasi informan terdiri atas tiga jabatan auditor: partner, manajer, dan senior auditor.
Posisi akuntan publik berada di tengah-tengah para pemangku kepentingan pengguna informasi laporan keuangan. Ada kepentingan manajemen perusahaan, kepentingan para shareholder, dan pihak luar lain yang mana kepentingannya berbeda-beda. Posisi ini membuat akuntan publik banyak bersinggungan dengan masalah yang biasa disebut dengan konflik audit atau dilema etis. Arens & Loebbecke (2000) menyatakan dilema etis adalah situasi yang dihadapi seseorang sehingga keputusan mengenai perilaku yang layak harus dibuat. Dilemma etis yang biasanya sering kali muncul adalah dilemma etis yang berkaitan dengan:
1. Penerimaan Perikatan: Klien versus Keahlian Profesional
Dilema etis ini biasanya dialami ketika ada penerapan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) baru, dimana calon klien pertama kali menerapkan SAK tersebut dalam laporan keuangannya. Dalam hal ini tindakan yang diambil adalah akan mengukur terlebih dahulu kemampuan tim terkait pengetahuan dan penerapan SAK baru tersebut, apakah sudah memadai atau belum, baru kemudian memutuskan untuk menerima atau menolak perikatan itu.
2. Imbalan Jasa Profesional (Fee minimal)
Berdasarkan isi paragraf 1, seksi 240, Kode Etik Akuntan Publik bagian B, sebenarnya tidak ada patokan berapa jumlah imbalan jasa yang seharusnya diterima oleh KAP. Imbalan jasa ditentukan berdasarkan kesepakatan antara klien dan KAP. Namun pada kenyataannya untuk mencapai kesepakatan harga tidaklah mudah. Beberapa klien selalu meminta pembayaran yang lebih rendah dari pada yang diusulkan. Padahal kalau dibandingkan antara jumlah KAP dengan perusahaan yang membutuhkan jasanya, seharusnya perusahaan membayar mahal, karena jumlah perusahaan yang butuh diaudit jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah KAP. Harga (fee) seharusnya naik atau stabil pada tingkat yang tinggi.
3. Independensi
Setiap ketentuan yang mengatur tentang akuntan publik, baik itu SPAP, SPM, maupun kode etik mewajibkan akuntan publik untuk bersikap independen terhadap klien sehubungan dengan kapasitas mereka untuk melindungi kepentingan publik. Menurut KBBI, independen artinya berdiri sendiri, berjiwa bebas, tidak terikat pada pihak lain. Independensi merupakan hal yang unik dalam profesi akuntan, karena akuntan dituntut independen dari pengaruh klien sedangkan di sisi lain akuntan harus memenuhi keinginan klien karena klien lah yang membayar imbalan.
Upaya –upaya yang telah dilakukan informan dalam penegakan kode etik antara lain adalah:
1.    Meningkatkan religiusitas
Etika erat kaitannya dengan moralitas. Ludigdo (2007: 34) mengungkapkan bahwa inti dari terletak dalam sikap hati seseorang. Sikap hati yang demikian tidak terlepas dari hubungan transendensi manusia dengan Tuhan. Oleh karena itu peningkatan religiusitas diperlukan untuk memperkokoh sikap hati.
2.    Meningkatkan Kompetensi dan Mengikuti Pelatihan
Seperti yang tercantum dalam UU AP, setiap akuntan publik itu wajib menjaga kompetensi melalui pelatihan profesional berkelanjutan. Meningkatkan kemampuan dan kompetensi itu sangat penting karena keahlian akuntan publik mempunyai dampak langsung terhadap pekerjaan. Dalam kode etik juga disebutkan bahwa pemeliharaan kompetensi professional membutuhkan kesadaran dan pemahaman yang berkelanjutan terhadap perkembangan teknis profesi dan perkembangan bisnis yang relevan. Hal ini berarti akuntan publik harus terus meng-update pengetahuan dan kemampuannya secara rutin. Hal yang bisa dilakukan terkait hal ini adalah dengan mengikuti pendidikan profesi atau melalui pelatihan.
3.    Membangun keteladanan (bagi pemimpin KAP)
Pemimpin KAP harus bisa memberikan teladan yang baik kepada staf dalam menjaga perilaku etis. Penelitian dari Maryani & Ludigdo (2001) juga membuktikan 64,91 % responden menyatakan bahwa perilaku atasan mempengaruhi sikap dan perilaku etis akuntan.
4.    Mendesain Sistem
Ketiga upaya di atas merupakan upaya pribadi para informan yang berasal dari diri sendiri. Selain upaya individu, juga diperlukan upaya dari organisasi untuk menegakkan kode etik. Salah satu upaya para informan yang dilakukan dalam konteks organisasi tersebut adalah dengan membangun sistem di KAP yang menunjang perilaku etis.
5.    Menciptakan kultur etis
Upaya selanjutnya yang dibangun para informan secara bersama-sama dengan rekan seprofesinya adalah menciptakan kultur etis dalam KAP. Adanya kultur yang bersifat lebih lunak ini bisa mengimbangi kehadiran sistem yang tegas. Dalam penelitian Maryani & Ludigdo (2001) tersirat bahwa 76,32 % responden menyatakan budaya organisasi mempengaruhi sikap dan perilaku etis akuntan. Budaya organisasi yang dikembangkan informan untuk membantu menegakkan etika, kebanyakan adalah kekeluargaan, keterbukaan, dan kerja sama. Ketiga kultur itu bias dibangun melalui pola komunikasi.
Walaupun beberapa upaya telah dilakukan, namun jalannya penegakan kode etik belum bisa mulus karena beberapa hambatan berikut:
1. Tidak semua akuntan publik memiliki kesadaran etis yang tinggi dan untuk menumbuhkan
kesadaran etis itu tidaklah mudah.
2. Cara untuk mengontrol etika susah, sehingga kasus pelanggaran tidak banyak diketahui.
3. Adanya sifat sungkan dari sesama profesi untuk mengadukan pelanggaran kode etik.
4. Belum jelasnya mekanisme pemberian sanksi dan proses peradilan atas kasus pelanggaran
kode etik.
Berbagai upaya telah dilakukan, namun pelanggaran kode etik rupanya bagaikan masalah klasik yang masih mengusik. Rintangan baru bermunculan, seolah menyisakan pekerjaan rumah untuk para profesional. Menciptakan dunia akuntan publik tanpa pelanggaran etika memang sebuah mimpi besar yang tidak mudah diraih, tapi tidak mustahil untuk tercapai. Semua pihak yang berkepentingan hendaknya secara simultan mengambil peran mereka dan saling bersinergi dalam menjalankan peran masing-masing untuk perbaikan penegakan kode etik akuntan publik. Pihak-pihak yang diharapkan adalah:
1. Akuntan Publik
Akuntan publik tetap menjadi pemeran utama dalam penegakan kode etik ini. Setiap profesional harus menjaga citra diri dengan terus memperbaiki kualitas etikanya. Meningkatkan religiusitas, memelihara kompetensinya dengan mengikuti pelatihan, serta mengingatkan akuntan publik lain di sekitarnya harus terus dilakukan. Bagi akuntan publik yang menjabat sebagai pemimpin, perannya bertambah satu yaitu memberi keteladanan bagi para stafnya.
2. Kantor Akuntan Publik (KAP)
KAP berperan sebagai tempat bernaung akuntan publik yang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap perkembangan profesional. Sistem yang tegas dan budaya organisasi harus terus dievaluasi dan ditingkatkan agar terbentuk atmosfer yang kuat guna menunjang perilaku etis akuntan publik di dalamnya.
3. Asosiasi Profesi Akuntan Publik / Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)
Para informan sepakat bahwa IAPI harus bertindak lebih untuk menegakkan etika. Ada dua hal pokok yang harus dibenahi oleh IAPI, yaitu pencegahan dan penanggulangan. Langkah pencegahan yang bisa dibuat pertama adalah dengan mengadakan program peningkatan etik dan pengembangan moral. Langkah pencegahan yang kedua yaitu melalui kontrol atau pengawasan akuntan publik oleh IAPI. Terakhir, untuk mencegah pelanggaran kode etik, IAPI seharusnya juga bisa memakmurkan akuntan publik. Ini dilakukan untuk mengantisipasi masalah fee yang terlalu rendah. Terkait hal ini, IAPI bisa mengeluarkan kebijkan tentang tarif minimal pemberian jasa.
4. Pembuat Regulasi
Pembuat regulasi berarti adalah dari pihak pemerintah yang berhubungan dengan profesi akuntan publik, bisa dari Menteri Keuangan, Departemen Keuangan, Bappepam, atau badan lain yang terkait. Menurut Raka, Bappepam juga bisa melakukan pembinaan seperti halnya asosiasi dan departemen bisa melakukan review periodik yang lebih merata.
5. Pengguna Jasa
Peran yang bisa dilakukan oleh pengguna jasa adalah membantu memberi laporan dan memberi sanksi moral ketika menjumpai akuntan publik atau KAP yang melanggar kode etik. Selain itu sanksi moral juga bisa dilakukan oleh klien, perbankan, atau badan perpajakan.
6. Sekolah dan Universitas
Untuk membentuk pribadi yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan moral, perilaku etis perlu ditanamkan sejak dini. Selain dalam lingkungan keluarga, hal ini juga bisa diterapkan dalam jenjang pendidikan. Pada jenjang sekolah, moralitas hendaknya kerap dihimbau dan diajarkan karena guru juga mempunyai tanggung jawab untuk membimbing dan mengingatkan. Pada jenjang pendidikan tinggi, mahasiswa sudah dianggap dewasa dan tidak perlu dibimbing. Selain itu, kuliah etika saja juga tidak cukup, lingkungan yang menjunjung moralitas juga harus diupayakan di lingkungan kampus. Jadi, sebagai pencetak akuntan-akuntan baru, seharusnya perguruan tinggi juga ikut andil dalam membantu menegakkan kode etik.
Demikianlah peran-peran yang ditawarkan para informan untuk membangun dunia akuntan publik yang lebih beradap. Selain itu, akuntan publik juga harus melakukan upaya-upaya tersebut dengan penuh kesadaran. Karena dengan kesadaran, seseorang akan bias membuat pilihan mana yang baik dan buruk dan secara otomatis akan mampu melakukan tindakan yang baik. Akuntan publik yang memainkan perannya dengan kesadaran berarti akuntan publik tersebut mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang etika profesi, mampu mengambil sikap ketika dihadapkan dengan dilema etis, dan mampu menentukan perilaku yang bijak dengan tetap mempertahankan etika profesi. Dengan solusi-solusi tersebut diharapkan semua akuntan publik bisa menyadari tanggung jawabnya dan menyayangi profesinya sehingga menjadi auditor yang beretika, bermoral tinggi, dan mengedepankan nurani. Bahkan ketika menghadapi situasi yang kacau, moral dan kode etik bukan sekedar lawakan belaka lagi, melainkan bisa dijadikan senjata untuk melawan situasi konflik.

Kesimpulan
Penelitian ini membahas mengenai upaya-upaya yang dilakukan akuntan publik dalam menegakkan kode etik profesi pada suatu Kantor Akuntan Publik (KAP). Selain itu, penelitian ini juga memberi gambaran terkait tantangan dan dilema etis yang dialami oleh para praktisi akuntan publik dalam menerapkan kode etik akuntan publik. Tujuan yang ingin dicapai dengan penelitian ini adalah mendeskripsikan tentang bagaimana akuntan publik menegakkan kode etik profesi dalam menjalankan tugasnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Dengan metode kualitatif, maka data yang didapat akan lebih lengkap, mendalam, kredibel, dan bermakna. Subjek dalam penelitian ini adalah akuntan publik di Kota Malang. Data diperoleh melalui dokumentasi, wawancara, dan observasi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penyebab pelanggaran kode etik berawal dari dilema etis. Dilema etis yang sering muncul adalah yang berkaitan dengan (1) Penerimaan perikatan (Klien versus Keahlian Profesional); (2) Imbalan jasa profesional (fee minimal); (3) Independensi. Upaya-upaya yang telah dilakukan informan dalam penegakan kode etik antara lain adalah (1) Meningkatkan religiusitas; (2) Meningkatkan kompetensi dengan mengikuti pelatihan; (3) Membangun keteladanan (bagi pemimpin KAP); (4) Mendesain sistem; (5) Menciptakan kultur etis.
Menegakkan kode etik profesi itu tidaklah mudah, karena penyimpangan kode etik masih terus terjadi. Oleh karena itu upaya-upaya tersebut perlu dilakukan secara kontinyu dan akuntan publik harus melakukannya dengan penuh kesadaran. Selain itu juga dibutuhkan peran semua pihak yang berkepentingan untuk saling bersinergi demi terwujudnya penegakan kode etik akuntan publik yang lebih baik.
Keterbatasan Penelitian
Peneliti hanya mengambil 5 orang untuk menjadi informan dari sekian banyak orang yang bekerja di KAP yang ada di Indonesia.




RINI NURMALA FITRI 4EB01

Jumat, 31 Mei 2013

Tugas Softskill TOEFL

Skill 1 : Subject and Verb


You know that sentence in English should have a subject and a verb. The most common types of problems that you will encounter in the structure section of the TOEFL test are related to subjects and verbs; perhaps the sentence is missing either the subject, or the verb, or both; perhaps the sentence has an extra subject or verb.

Example I
_____was ringing continuously for hours.
(A) Loudly
(B) In the morning
(C) The phone
(D) The bells

Analysis :
in this example, you should notice immediately that there is a verb, was ringing, but there is no subject. Answer (C) is the best answer because it is a singular subject that agrees with the singular verb was ringing. Answer (A), loudly, and answer (B), in thw morning, are not subjects, so they are not correct. altough answer (D), bells, could be a subject, it is not correct because bells is plural and it does not agree with the singular verb was ringing.

Example II
Newspapers_____every morning and every evening.
(A) delivery
(B) are delivered
(C) on time
(D) regularly

Analysis :
in this example, you should notice immediately that the sentence has a subject, newspapers, but that there is no verb. because answer (B), are delivered, is a verb, it is the best answer. Answers (A), (C), and (D) are not verbs, so they are not correct.

Example III
The plane_____landing at the airport in five minutes.
(A) it is
(B) it really is
(C) is descending
(D) will be

Analysis :
This sentence has a subject, plane, and has part of a verb, landing; to be correct, some form of the verb be is needed to make the verb complete. Answers (A) and (B) are incorrect because the sentence already has a subject, plane, and does not need the extra subject it. Answers (C) is incorrect because descending is an extra part of a verb that unnecessary because of landing. Answer (D) is the best answer, will be together with landing is a complete verb.

EXERCISE 1

Underline the subjects once and the verbs twice in each of the following sentences. Then indicate if the sentences are correct (C) or Incorrect ( I )
1. My best friend always helpful with problems. ( I )
    Analysis :
    The subject of the sentence above is My best fiend, but there no Verb. So incorrect.
    The Correct sentence should be My best friend is always helpful and with problems.

2. The bus schedule has changed since last week (C)
    Analysis :
    The subject is The bus and verb is has changed, so the sentence is Correct.
3. Accidentally dropped the glass on the floor. ( I )
    Analysis :
    The sentence doesn't have a subject. The verb is dropped, so it is incorrect.
    The correct sentence shoul be Accidentally she or he dropped the glass on the floor.

4. The customers paying the clerck for the clothes. ( I )
    Analysis :
    The sentence doesn't have to be, is. So, incorrect.
    It should be The customer is paying the clerk for the clothes.

5. The professor handed the syllabus to the students. (C)
    Analysis :
    The sentence has subject, the professor and verb, handed. So, it is correct.

6. Each day practiced the piano for hours. ( I )
    Analysis :
    The sentence doesn't have subject. the verb is practiced. So, incorrect.
    It should be each day they practiced the piano for hours.

7. The basketball player tossed the ball into the hoop. (C)
    Analysis :
    The sentence has subject, the basketball player and verb, tossed. So, it is correct.

8. The new student in the class very talkative and friendly. ( I )
    Analysis :
    The sentence has subject, the new student but no verb. So, incorrect.
    The correct sentence can be the new student in the class is very talkative and friendly.

9. Walking with the children to school. ( I )
    Analysis :
    The sentence doesn't have subject. It has main verb, walking but without to be. So, incorrect.
    The correct sentence could be she or he is walking with the children to school.

10. The whales headed south for the winter. (C)
     The sentence has a subject the whales and verb, headed. So, it is correct.


Skill 2 : Objects of Preposition

An object of a preposition is a noun or a pronoun that comes after a preposition such as in, at, of to, by, behind, and on to form a prepositional phrase.


The trip (to the island) (on Saturday) will last (for three hours)


This sentence contains three objects of prepositions. Island is the object of the preposition to; Saturday is the object of the preposition on; hours is the object of the preposition for.


An object of a preposition can cause confusion in the Structure section of the TOEFL test because it can be mistaken for the subject of a sentence.

Example

To Mike ____ was a big surprise.

(A) really
(B) the party
(C) funny
(D) when


In this example, you should look first for the subject and the verb. You should notice the verb was and should also notice that there is no subject. Do not think that Mike is the subject; Mike is the object of the preposition to, and one noun cannot be both a subject and an object at the same time. Because a subject is needed in this sentence, answer (B), the party, is the best answer. Answers (A), (C), and (D) are not correct because they cannot be subjects.

The following chart outlines the key information that you should remember about objects of prepositions.



Now, Let's do and analyze the exercise below:


EXERCISE 2
Each of the following sentences contains one or more prepositional phrases. Underline the subjects once and the verbs twice. Circle the prepositional phrases that come before the verb. Then indicate if the sentences are correct (C) or incorrect (I).

1. The name of the baby in the crib is Jack. (C)
     Analysis:
    Subject is The name of baby and Verb is IS. So, it is correct
    The Crib is only object of preposition

2. By the next meeting of the class need to turn in the papers.( I)
    Analysis:
   Verb is need but there is no Subject. So, it is Incorrect
   The next meeting of the class is NOT subject, it is object of preposition

3. The directions to the exercise on page 20 unclear.
    Analysis:
    Subject is The directions but there is no Verb. So, it is incorrect.
    The exercise is not subject, it is object of preposition.

4. Because of the heavy rain throughout the night, the walkways are muddy.
   Analysis:
   Subject is the walkways and Verb is Are. So, it is correct.
   The heavy rain throughout the night is only object of preposition.

5. During the week eat lunch in the school cafeteria.
   Analysis:
   Verb is eat but there is no Subject. So, it is incorrect
   The week is not Subject, it is object of preposition

6. In the morning after the concert was tired.
    Analysis:
   Verb is was but there is no Subject. So, it is incorrect.
   The concert is not Subject, it is object of preposition.

7. In the summer the trip to the mountains is our favorite trip.
    Analysis:
    Subject is the trip and verb is Is. So, it is correct
   
8. In a box on the top shelf of the cabinet in the hallway of the house.
    Analysis:
    No Subject and No verbs.
  
9. With her purse in her hand ran through the door.
    Analysis:
    Verb is ran but there is no Subject. So, it is incorrect.
    Her purse and her hand are only object of preposition

10. At 1:00 in the morning the alarm clock on the table beside the bed rang.
      Analysis:
      Subject is the alarm clock and Verb is rang. So, it is correct

Skill 3 : Present Participles

Present participles can-cause confusion in the Structure section of the TOEFL test because a present participle can be either an adjective or a part of the verb. A present participle is the - ing form of the verb. It is part of the verb when it is preceded by some form of the verb be.

The train is arriving at the station now. (Arriving is VERB)
                                                           
In this sentence, arriving is part of the verb because it is accompanied by is.
A present participle is an adjective when it is not accompanied by some form of the verb be.
The train arriving at the station now is an hour late. (Arriving is ADJECTIVE)
                                                        
In this sentence, arriving is an adjective and not part of the verb because it is not accompanied by some form of be. The verb in this sentence is is.
The following example shows how a present participle can be confused with the verb in the Structure section of the TOEFL test.
Example

The film ____ appearing at the local theater is my favorite.

(A) now
(B) is
(C) it
(D) was

In this example, if you look at only the first words of the sentence, it appears that film is the subject and appearing is part of the verb. If you think that appearing is part of the verb, you might choose answer (B), is, or answer (D), was, to complete the verb. However, these two answers are incorrect because appearing is not part of the verb. You should recognize that appearing is a participial adjective rather than a verb because there is another verb in the sentence, is. In this sentence, there is a complete subject, film, and a complete verb, is, so this sentence does not need another subject or verb. The best answer to this question is answer (A).

EXERCISE 3 
Each of the following sentences contains one or more present participles. Underline the subjects once and the verbs twice. Circle the present participles, and label them as adjectives or verbs. Then indicate if the sentences are correct (C) or incorrect ( I ).

 1. The crying baby needs to be picked up. (C)

             ADJ.

2. The clothes are lying the floor should go into the washing machine. ( I )
                          VERB

3. The waitress bringing the steaming soup to the waiting diners. ( I )

4. Most of the striking workers are walking the picket line. (C)

5. For her birthday, the child is getting a talking doll. (C)

6. The setting sun creating a rainbow of colors in the sky. ( I )

7. The ship is sailing to Mexico is leaving tonight. ( I )

8. The letters needing immediate answers are on the desk. (C)

9. The boring class just ending a few minutes ago. ( I )

10. The fast-moving clouds are bringing freezing rain to the area. (C)

Skill 4 : Past Participles

Past participles can cause confusion in the Structure section of the TOEFL test because a past participle can be either an adjective or a part of the verb. The past participle is the form of the verb that appears with have or be. It often ends in -ed, but there are also many irregular past participles in English.


The mailman has left a letter in the mailbox. (Left is VERB)
                                          
The classes were taught by Professor Smith. (Taught is VERB)
In the first sentence, the past participle left is part of the verb because it is accompanied by has. In the second sentence, the past participle taught is part of the verb because it is accompanied by were.

A past participle is an adjective when it is not accompanied by some form of be or have.


The letter left in the mailbox was for me. (Left is ADJECTIVE)
The classes taught by Professor Smith were very interesting. (Taught is ADJECTIVE)


In the first sentence, left is an adjective rather than a verb because it is not accompanied by a form of be or have (and there is a verb, was, later in the sentence). In the second sentence, taught is an adjective rather than a verb because it is not accompanied by a form of be or have (and there is a verb, were, later in the sentence).

The following example shows how a past participle can be confused with the verb in the Structure section of the TOEFL test.

Example

The bread _____ baked this morning smelled delicious.

(A) has
(B) was
(C) it
(D) just


In this example, if you look only at the first few words of the sentence, it appears that bread is the subject and baked is either a complete verb or a past participle that needs a helping verb. But if you look further in the sentence, you will see the verb smelled. You will then recognize that baked is a participial adjective and is therefore not part of the verb. Answers (A) and (B) are incorrect because baked is an adjective and does not need a helping verb such as has or was. Answer (C) is incorrect because there is no need for the subject it. Answer (D) is the best answer to this question.
EXERCISE 4: Each of the following sentences contains one or more past participles. Underline the subjects once and the verbs twice. Circle the past participles, and label them as adjectives or verbs. Then indicate if the sentences are correct (C) or incorrect (I).

1. The food is served in this restaurant is delicious. (Incorrect)
    Analysis:
    The sentence should be "The food served in this restaurant is delicious".
    is served is incorrect, it should be served (past participle as an Adjective).
    Subject is The food and Verb is IS

2. The plane landed on the deserted runway. (Correct)
   Analysis:    Subject is The place and Verb is landed
   Deserted is past participle as an adjective
  
3. The unexpected guests arrived just at dinnertime. (Correct)
    Analysis:
    Subject is unexpected guests and Verb is arrived
    Unexpected is past participle as an adjective

4. The courses are listed in the catalogue are required courses. (Incorrect)
    Analysis:
    The sentence should be The course listed in the dialogue are required courses.
     Subject is The course and Verb is are required.
     are listed is inccorect, but it should be listed (be past participle as an adjective)

5. The teacher found the lost exam. (Correct)
     Analysis:
     Subject is The teacher and Verb is found
     Lost is past participle as an adjective

6. The small apartment very crowded and disorganized. (Incorrect)
     Analysis
     Subject is the small apartment but there is no Verb
     The sentence should be The small apartment is very crowded and disorganized.
     Crowded and disorganized are past participle as adjectives.

7. The photographs developed yesterday showed Sam and his friends. (Correct)
    Analysis:
    Subject is The photograph and Verb is showed
    Developed is past participle as adjective

8. The locked drawer contained the unworn jewels. (Correct)
    Analysis:
    Subject is the locked drawer and Verb is contained
    Locked and unworn are past participle as adjectives

9. The tree was blown over in the storm was cut into logs. (Incorrect)
    Analysis:
    The sentence should be The tree blown over in the storm was cut into logs
    was blown should be blown (past participle as adjective)
    Subject is The tree and verb is was cut

10. The students registered in this course are listed on that sheet of paper. (Correct)
     Analysis:
     Subject is The students and Verb is are listed
     Registered is past participle as adjective
     listed is past participle as verb

Skill 5 : Coordinate Connector

Many sentences in English have more than one clause. (A clause is a group of words containing a subject and a verb.) When you have two clauses in an English sentence, you must connect the two clauses correctly. One way to connect two clauses is to use and, but, or, or so between the clauses.


The sun was shining and the sky was blue.
The sky was blue, but it was very cold.
It may rain tonight, or it may be clear.
It was raining outside, so I took my umbrella.


In each of these examples, there are two clauses that are correctly joined with a coordinate connector—and, but, or, or so—and a comma (,).


The following example shows how this sentence pattern could be tested in the Structure section of the TOEFL test.

Example

I forgot my coat, ____ I got very cold.

(A) then
(B) so
(C) later
(D) as a result


In this example, you should notice quickly that there are two clauses, I forgot my coat and I got very cold. This sentence needs a connector to join the two clauses. Then, later, and as a result are not connectors, so answers (A), (C), and (D) are not correct. The best answer is answer (B) because so can connect two clauses in this manner.

The following chart lists the coordinate connectors and the sentence pattern used with them.



EXERCISE 5 
Each of the following sentences contains more than one clause. Underline the subjects once and the verbs twice. Circle the connectors. Then indicate if the sentences are correct ‘(C) or incorrect (I).

1. The lawn needs water every day, or it will turn brown. (C)
    Analysis:
    Both clauses are correct and coordinate connector is correct.
2. The book was not long, it difficult to read. (I)
    Analysis: 
   Second clause should be it is difficult to read. There is not coordinate connector.
3. It was raining, so decided not to go camping. (I)
     Analysis: 
    Second clause has no Subject.
4. The material has been cut, and the pieces have been sewn together. (C)
     Analysis: 
    Both clauses are correct and coordinate connector is correct too.
5. The patient took all the medicine, he did not feel much better. (I)
    Analysis: 
    Both clauses are correct but there is no coordinate connector.
6. The bill must be paid immediately, or the electricity will be turned off. (C)
     Analysis: 
    Both clauses are correct and coordinate connector is correct, too.
7. The furnace broke so the house got quite cold. (I)
   
Analysis: 
    Both clauses are correct, but there is no comma.
    It should be The furnace broke, so the house got quite cold.
8. The dress did not cost too much, but the quality it seemed excellent. (I)
    Analysis: 
   Second clause has two subject; the quality and it. It should be the quality seemed excellent.
   Coordinate connector is correct.
9. The leaves kept falling off the trees, and the boys kept raking them up, but the yard was still covered. (C)
    Analysis: 
    All clauses and coordinate are connectors correct, too.

10. The mail carrier has already delivered the mail, so the letter is not going to arrive today, it probably will arrive tomorrow. (I)
     Analysis: 
    All clauses are correct, but coordinate connector So is wrong. So should be changed with but.