Halaman

Selasa, 21 Desember 2010

Tulisan III


Are You Negative Thinker ?

                Berfikir positif itu memiliki skala, skala yang paling rendah adalah ketika kata hanya memiliki pemikiran, opini, pandangan, atau kesimpulan positif terhadap diri sendiri, terhadap orang lain, atau terhadap Tuhan. Skala yang lebih atas adalah ketika kita sudah memilikinya dan menggunakannya dalam praktek hidup dalam bentuk pelaksanaan agenda-agenda positif untuk merealisasikan tujuan-tujuan positif. Ini misalnya kita berkesimpulan bahwa diri kita ini sudah dibekali keunggulan alamiah yang membedakan kita dengan orang lain, entah itu kita menyebutnya bakat, kelebihan, atau apapun.
Dengan berbekal kesimpulan itu lita harus menjalankan agenda-agenda konkret untuk merealisasikan dengan melakukan sesuatu sampai benar-benar menghasilkan prestasi. Kalau kita berkesimpulan punya bakat menulis, lalu kita melatihnya, mengasahnya, dan merealisasikannya ke dalam bentuk karya tulis, maka kita telah berfikir positif pada diri sendiri.
                Skala yang lebih tinggi lagi adalah ketika kita sudah memiliki, menggunakan, dan menjaga stabilitasnya dengan cara menciptakan pikitan positif secara terus-menerus dan melawan datangnya pikiran negative secara terus menerus juga. Artinya, orang yang sudah smpai skala ini telah terbiasa menggunakannya atau tidak. Ini bias dilihat dari tradisi kehidupan orang-orang berprestasi di dunia ini. Mereka tidak sekedar punya kesimpulan positif, tidak sekedar menjalankan agenda positif, tetapi juga bisa menjaga irama hidupnya supaya tetap positif terus atau berkarya terus.
lalu kita melatihnya, mengasahnya, dan merealisasikannya ke dalam bentuk karya tulis, maka kita telah berfikir positif pada diri sendiri.
                Skala yang lebih tinggi lagi adalah ketika kita sudah memiliki, menggunakan, dan menjaga stabilitasnya dengan cara menciptakan pikitan positif secara terus-menerus dan melawan datangnya pikiran negative secara terus menerus juga. Artinya, orang yang sudah smpai skala ini telah terbiasa menggunakannya atau tidak. Ini bias dilihat dari tradisi kehidupan orang-orang berprestasi di dunia ini. Mereka tidak sekedar punya kesimpulan positif, tidak sekedar menjalankan agenda positif, tetapi juga bias menjaga irama hidupnya supaya tetap positif terus atau berkarya terus.
                Nah, jika pikiran positif itu memiliki skala, demikian juga dengan orang yang berfikir negative. Skala yang paling rendah adalah ketika kita hanya memasukkan atau memiliki pikiran negative. Skala yang lebih atas adalah ketika kita menggunakan pikiran negative itu dalam praktek. Sedangkan skala yang lebih atas lagi adalah ketika kita terbiasa memiliki dan menggunakannya serta menolak untuk membersihkannya dalam waktu yang sudah continue atau menjadi kebiasaan.
Dari kasus sejumlah kejahatan yang saya amati, mereka melakukan kejahatan bukan karena secara spontan ingin melakukan kejahatan. Orang sanggup melakukan kejahatan yang spektakuler karena sebuah proses negative di dalam batin yang tidak segera dibersihkan. Seperti kata, Dr. Maxwell Maltz, pakar psikologi, tindakan manusia itu sangat erat dengan bagaimana orang itu menilai dirinya. Orang yang sanggup melakukan kejahatan umumnya memiliki penilaian diri yang negative.
                Di bawah ini ada berbagai bentuk penilaian diri negative yang perlu dilawan. Beberapa kategori dibawah ini sifatnya hanya untuk memudahkan kita dalam membaca diri sendiri. Kita mulai dari kategori penilaian yang terkait dengan apakah kita termasuk orang yang rendah diri atau bukan. Bentuk penilaian diri yang perlu dilawan antara lain :
  • Saya tidak punya bakat, tidak punya kelebihan apa-apa
  • Saya orangnya tidak berdisiplin dan tidak punya semangat
  • Langkah saya gagal total
  • Saya sudah tidak berharga lagi
  • Saya telah kehabisan kesabaran
  • Saya tidak akan mampu meraih apa yang saya inginkan
  • Saya terlahir untuk kalah, untuk menanggung penderitaan
  • Saya tidak memiliki alasan yang kuat untuk bersyukaur atau mensyukuri nikmat Tuhan
  • Saya tidak pernah yakin akan keberhasilan saya
  • Saya sering melakukan kesalahan yang fatal
  • Saya tidak akan mencoba sesuatu yang baru karena takut gagal
  • Pasti saya akan gagal lagi
“Baik anda berpikir punya kelebihan atau tidak, itu pilihan anda.”

                Kategori berikutnya adalah penilaian yang terkait dengan apakah kita termasuk orang yang optimis atau pesimis dalam menghadapi kehidupan, apakah kita sudah apatis melihat dunia ini atau sebaliknya. Bentuk penilaian yang perlu dilawan adalah :

·         Dunia ini akan selalu cenderung memburuk
·         Dimanapun di dunia ini tidak akan ada peluang untuk maju bagi orang seperti saya
·         Hidup ini sepertinya sering memperlakukan saya secara tidak fair
·         Hidup ini isinya adalah penderitaan dan akhirnya adalah kematian
·         Saya tidak punya apa-apa untuk maju
·         Tak ada manusia yang akan mau pedulu dengan nasib saya

“orang optimis melihat cahaya di ujung kegelapan, sementara orang pesimis melihat kegelapan di balik kegelapan dan dibalik cahaya.”

                Kategori berikutnya adalah terkait dengan apakah kita punya perasaan positif terhadap diri sendiri ataukah sebaliknya, apakah kita termasuk orang yang bahagia dengan diri kita atau orang yang nestapa.Bentuk perasaan yang perlu dilawan adalah :

  • Orang lain sepertinya jauh lebih sukses daripada saya
  • Saya merasa tidak pantas menjadi orang yang seperti saya inginkan
  • Saya malas melakukan apapun atau saya merasa tidak tertarik dengan apapun
  • Saya lebih sering jengkel pada diri sendiri, pada orang lain, atau pada keadaan
  • Saya tidak bisa mengontrol diri saya
  • Saya tidak bisa hidup tanpa dirinya atau lebih baik mati saja hidup tanpa dirinya
  • Hidup saya tidak ada artinya lagi

“Banyak hal yang tidak bisa kita lakukan secara optimal hanya karena kita sedang menyimpan perasaan negative”

Cara instan menghentikan pikiran negative :
ü      Hentikan opini negative
ü      Gantilah opini negative dengan opini positif
ü      Tanyakan kepada diri anda tentang apa untungnya memiliki opini negative
ü      Membaca buku yang bisa mendidik kita untuk beropini positif
ü      Bergaul dengan orang-orang yang punya opini positif

Sumber : Buku Kedasyatan Berfikir positif oleh A.N Ubaedy (human Learning specialist)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar