PIKIRAN
POSITIF DAN FAKTOR SUKSES
Perlu
kita sadari, ada perbedaan antara apa yang kita inginkan dan apa yang mengisi
muatan pikirann kita. Apa yang kita inginkan itu biasanya cukup bisa dijelaskan
dengan dua hal, yaitu :
a)
Keinginan untuk
mendapatkan sesuatu yang kita inginkan
b)
Keinginan untuk
terhindar dari sesuatu yang tidak kita inginkan
Setiap
orang pasti ingin berhasil dalam usahanya, dalam karirnya, dalam studinya,
dalam rumah tangganya, dalam kehidupan sosialnya, dan seterusnya. Sebaliknya,
pasti setiap orang tidak ada yang ingin gagal dalam karir, usaha, rumah tangga,
hubungan sosial, dan seterusnya. Manusia menginginkan keberhasilan. Manusia
ingin terhindar dari hal-hal yang bukan keinginannya.
Meski
sedemikian rupa baiknya keinginan manusia itu, namun paradoksnya, tidak semua
manusia, bahkan sebagian besarnya, tidak memiliki muatan pikiran yang tidak
sesuai dengan keinginannya. Meski semua manusia ingin berhasil tetapi hanya
sedikit manusia yang mengisi ruang pikirannya dengan muatan-muatan yang
mendukung keberhasilan (muatan positif). Mesti tidak satupun manusia ingin
gagal, namun prakteknya, sebagian besar manusia justru mengisi ruang pikirannya
dengan muatan muatan yang mendukung kegagalan.
Kalau
orang punya kesimpulan negatif tentang dirinya, tentang peluang, tentang
keadaan disekitarnya, maka kesimpulan demikian adalah kesimpulan yang mendukung
kegagalan. Biarpun orang itu menginginkan keberhasilan, namun jika muatan
pikirannya negatif, kemungkinan besar orang itu belum bisa meraih keberhasilan
seperti yang diinginkan.
Tidak
semua orang mengisi muatan pikirannya dengan muatan-muatan yang mendukung untuk
damai. Kalau anda ingin damai namun anda gagal memahami posisi orang lain atau
mempertahankan kebenaran sendiri, hampir dipastikan keinginan anda untuk gagal
atau susah terwujud.
Itu
semua adalah bukti bahwa ada perbedaan antara apa yang kita inginkan dan apa
yang mengisi muatan pikiran kita. Kalau ada pertanyaan manakah yang lebih
signifikan dalam menentukan nasib kita, maka jawabannya adalah muatan pikiran,
bukan keinginan. Pendeknya, kalau muatan pikiran ini negatif, maka kita akan
menjadi orang yang negatif, meski kita ingin menjadi orang yang positif.
Dari
sekian banyak orang yang berprestasi, mereka punya muatan pikiran yang positif.
Dalam hal keinginan, mereka tidak berbeda dengan kebanyakan orang. Mereka ingin
berhasil dan mereka tidak ingin gagal. Bedanya adalah mereka memperkuat
keinginannya dengan muatan pikiran yang positif. Diantara muatan bentuk-bentuk
muatan pikiran positif yang mereka miliki itu antara lain :
-
Mereka punya
pikiran positif tentang dirinya, potensinya, atau kekurangannya
-
Mereka punya
pikiran positif terhadap oarang lain sehingga mereka lebih mudah membangun,
mempertahankan, dan memberdayakan hubungan kemanusiaan dengan orang lain
-
Mereka punya
pikiran positif terhadap keadaan eksternal yang melingkupi dirinya sehingga
mereka lebih mudah melihat peluang atau lebih mudah menemukan solusi yang
positif terhadap persoalannya.
-
Mereka punya
pikiran positif terhadap tuhan sehingga langkahnya lebih baik digerakkan oleh
energi positif dari dalam dirinya
Kalau
dilihat dari teori kepribadiannya, berfikir positif adalah faktor sukses yabf
paling kunci. Faktor sukses ini dimiliki oleh setiap manusia yang lahir ke
dunia ini. Faktor sukses ini adalah berbagai faktor yang dapat membuat hidup
kita bisa sukses apabila itu kita gunakan atau diaktifkan. Pengertian sukses
disini adalah proses, bukan berhasil.
Kenapa
dikatakan berpikir positif itu merupakan faktor sukses yang paling kunci? Kalau
lihat sejumlah literatur, disana banyak istilah yang menjelaskan keterkaitan
antara pikiran positif dan keadaan diri kita, baik secara lahir dan batin
(kesuksesan lahir dan kesuksesan batin). Sebagian istilah-istilah itu adalah :
1.
Konsep Diri (Self Concept)
Konsep
diri adalah apa yang kita persepsikan terhadap diri kita, bagaimana kita
mempersepsikan diri sendiri. Pendeknya, konsep diri adalah bagaimana kita
menilai diri kita atau menyimpulkan diri sendiri. Ada orang yang mempunyai
penilaian buruk tentang dirinya tetapi ada juga yang sebaliknya. Darimana
penilaian ini muncul? Tentu dari muatan pikiran yang diciptakan atau dimasukkan
ke dalam ruang pikirannya.
“tindakan
manusia itu erat kaitannya dengan
bagaimana
manusia itu menilai dirinya.”
(Dr.
Maxwell Maltz)
Menurut Harter (1991), pengaruh konsep
diri yang paling besar ada 2 hal, yaitu : a) afeksi dan b) motivasi. Afeksi
disini mengarah pada kondisi emosi seseorang. Konsep diri positif akan
berpengaruh atas munculnya emosi positif, seperti kebahagiaan, kepuasan, dan
seterusnya. Sebaliknya, konsep diri negatif akan berpengaruh pada munculnya
emosi negatif, misalnya kesedihan, tekanan, depresi, dan seterusnya.
Sedangkan motivasi disitu mengarah pada
pengertian kualitas motif seseorang untuk mengembangkan potensinya dalam meraih
keinginan-keinginannya (prestasi). Konsep diri positif akan menjadi sumber
motif perjuangan yang kuat. Sebaliknya, konsep diri negatif kerap menjadi
sumber munculnya motif yang lemah.
“baik
anda berfikir anda mampu atau anda
tidak
mampu, itu benar dua-duanya.
Bedanya
jika anda berfikir mampu,
Anda
akan mampu meski tidak langsung.
Tapi
jika anda berfikir tidak mampu,
Anda
pasti tidak mampu.”
Selain yang dikatakan harter diatas,
konsep diri ini juga sangat erat hubungannya dengan tingkat kepercayaan diri
seseorang. Orang yang punya konsep diri bagus akan memiliki tingkat kepercayaan
yang lebih bagus. Kepercayaan diri ini sangat penting dalam meraih prestasi
apapun. Menurut teori kopetensi, hubungan kepercayaan diri dengan kinerja
(prestasi) itu dijelaskan sebagai berikut :
-
Orang yang pedenya
bagus biasanya punya keputusan hidup yang mantap, tidak plinplan, tidak
ragu-ragu, tidak minder, dan seterusnya
-
Orang yang pedenya
bagus biasanya punya power yang personal yang kuat, kharismatik, disegani dan
semisalnya
-
Orang yang pedenya
bagus biasanya relatif lebih terbebas dari berbagai rasa terancam atau rasa
tertekan, baik itu oleh keadaan atau oleh lingkungan
-
Orang yang pedenya
bagus biasanya punya jati diri yang jauh lebih kuat dan jauh lebih jelas
-
Orang yang pedenya
bagus biasanya punya komitmen yang kuat untuk maju atau punya kesadaran
tanggung jawab yang lebih tinggi
Menurut spencer, self
confidence adalah keyakinan seseorang atas kapabilitasnya dalam menjalankan
tugas. Ini termasuk antara lain ekpresi keyakinannya dalam menghadapi tantangan
atau masalah, keputusannya dalam merealisasikan ide atau gagasan, dan
ketangguhannya dalam menangani kegagalan.
“self
confidence merupakan model umum yang
Dimiliki para
unggulan (superior performers).”
Spencer
2.
Self esteem
Istilah
ini biasanya diterjemahkan dengan “harga diri” atau “kehormatan diri”. Tapi
perlu dicatat bahwa perngertian self esteem disini bukan seperti yang sudah
banyak disalah artikan oleh umum. Orang beranggapan bahwa self esteem itu
adalah munculnya perasaan yang merasa diri berharga lalu minta dihargai oleh
orang lain dengan cara-cara yang terkesan arogan atau haus kehormatan. ini
misalnya saja : mudah tersinggung, memandang orang lain lebi rendah, dll.
Pengertian
self esteem adalah bagaimana seseorang merasakan dirinya (how you feel about
your self). Dari pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa self esteem itu
kalau didetailkan mengandung 3 pengertian dibawah ini :
-
Maksud “merasakan”
disitu bukan merasa yang asal merasa (feeling), tetapi lebih merupakan
“eksperiensing” dan “dealing with”. Jadi, orang yang harga dirinya bagus itu
adalah orang yang mengalami proses hubungan yang positif dengan dirinya punya
perasaan positif terhadap dirinya, punya penilaian yang bagus terhadap dirinya
(self concept). Pengalaman dan proses hubungan yang positif inilah yang
kemudian melahirkan sikap dan tindakan yang positif (terpuji atau terhormat)
-
Perasaan itu harus
berbasiskan realita atau fakta fakta positif dalam praktek hidup. Ini berarti
orang yang punya perasaan positif hanya ketika mengkonsumsi narkoba atau zat
kimia lain tidak menjadi bukti adanya harga diri yang bagus. Pelampiasan
demikian justru menjadi indikasi adanya kualitas harga diri yang rendah. Karena
dia tidak bisa menciptakan kebahagiaan dari dalam akhirnya dia mencari di luar.
-
Perasaan disitu
dimiliki sebagai “aset mental” untuk menciptakan dinamika hidup ke arah yang
semakin positif. Ini berarti orang yang ”feel good” sebagai kekalahan atas
pelampiasannya terhadap realitas tidak bisa dijadikan indikator adanya harga
diri yang bagus. Feel good semacam ini malah menjadi indikator adanya rendahnya
harga diri. Karena itu ada uangkapan, jadilah orang yang baik dan janganlah
menjadi orang yang baik-baik saja. Orang yang baik adalah orang yang lebih
baik. Sedangkan orang yang baik-baik saja adalah orang yang stag nan atau
berada dalam kondisi yang disebut “kemampanan semu”.
Intinya harga diri itu adalah
proses yang instrinsik dimana orang merasa perlu (sadar) untuk menjaga atau
menghormati dirinya dengan cara-cara yang terhormat. Cara ini bisa dalam bentuk
melakukan sesuatu yang positif atau dengan menghindari sesuatu yang negatif.
Dengan cara ini maka secara alamiahnya akan mendatangkan feed back atau balasan
yang bernama penghormatan itu. Tidak ada orang yang mendapatkan penghormatan
kalau tidak menghormati dirinya. Menurut Smith & Petty (1995), orang yang
mempunyai harga diri bagus ternyata lebih sanggup menjaga mood positif.
Dari sini bisa dipahami bahwa
berfikir positif terhadap diri sendiri merupakan asas terbentuknya self esteem
yang bagus. Gampangnya bebicara, kalau kita punya pikiran negatif terhadap diri
sendiri atau terhadap keadaan, maka akan muncul adalah perasaan negatif.
Perasaan negatif inilah yang membuat kita merasa berat untuk melakukan
tindakan-tindakan positif.
Karena itu, menurut ajaran
agama,orang yang tidak membersihkan jiwanya dari kotoran negatif akan merugi.
Salah satu bentuk kerugian yang paling konkret adalah munculnya mood negatif ,
seperti kemalasan, ogah-ogahan, setengah-setengah, yang dapat mengakibatkan
rendahnya dorongan berprestasi.Einstein menyimpulkan bahwa tidak ada karya
hebat yang dihasilkan dari tangan seseorang yang bantinnya dilanda kegundahan.
Bahkan menurut buku The Heart
of The Soul (2002), sumber berbagai malapetaka emosi, seperti misalnya stres,
distres atau depresi itu adalah self worth. Bagaimana seseorang merasakan
dirinya (ex periencing and dealing) akan menentukan tingkat kerentanannya
terhadap stresor atau tekanan eksternal lainnya akan cenderung ‘dikit-dikit’
merasa terhina, merasa harus balas dendam, merasa ditekan, merasa terhimpit,
merasa hancur, merasa terancam, dan seterusnya.
“karena
dibatinmu ada masalah, maka banyak masalah yang mendatangimu.
Bukan karena
ada masalah yang mendatangimu lalu batinmu bermasalah.
Karena kamu bahagia, maka hidupmu menjadi
nikmat.
Bukan karena
kamu mendapatkan nikmat lalu kamu bahagia.”
Fakta lain dapat menjelaskan
hubungan konkret antara self esteem dengan prestasi (faktor sukses) itu adalah
kebahagiaan diri (self happiness). Orang yang self esteemnya bagus akan
memiliki kemampuan yang lebih bagus dalam menciptakan kebahagiaan di dalam
dirinya atau menjadi orang yang bahagia.
Orang yang bahagia itu orang
yang seperti apa? Orang yang bahagia adalah orang yang dibatinya terdapat
dinamika positif. Orang yang bahagia adalah orang yang batinnya memunculkan
dorongan untuk meraih tujuan-tujuan positif, memunculkan dorongan untuk
melakukan aktivitas yang postif, baik terhadap diri sendiri, orang lain, dan
keadaan.
Memang, dalam prakteknya,
kebahagiaan seseorang itu terkait dengan 2 faktor, yaitu : a) faktor internal
(batin), dan b) faktor eksternal (keadaan dan orang lain). Tapi perlu dicatat
disini bahwa masing-masing faktor punya peranannya. Peranan faktor internal
adalah penentu kebahagiaan, sedangkan peranan faktor eksternal adalah
pendukung.
Sebagai bukti nyata, kalau
kita tidak memiliki uang atau materi yang cukup untuk kebutuhan primer
sehari-hari menurut ukuran kita, pasti kebahagiaan kita terancam. Namun begitu,
ini tidak menjamin kalau kita punya uang, lantas kita akan menjadi orang yang
bahagia. Sudah banyak oarang yang kaya tidak bahagia. Kalau kita sedang berada
ditengah keadaan yang sulit, pasti kebahagiaan kita terancam. Tapi ini tidak menjadi
jaminan bahwa kita akan menjadi orang yang bahagia begitu kita berada ditengah
keadaan yang tercukupi.
“tempat dan
keadaan tidak menjamin kebahagiaan,
karena
kebahagiaan itu kita yang bisa menentukan.”
(Robert J.
Hasting)
Jadi, kebahagiaan diri seseorang
ditentukan oleh tinggi rendahnya self esteem yang dimiliki. Jika self esteemnya
bagus, maka kebahagiaan dirinya bagus. Jika self esteemnya bagus, meski orang
itu menghadapi kenyataan yang tidak bagus, maka kenyataan itu tidak sampai
membuat dirinya menjadi menderita terlalu lama. Ini beda dengan orang yang self
esteemnya tidak bagus. Dia akan menjadi orang yang tidak bahagia di
tengan-tengah keadaan apapun.
“prestasi
besar tidak bisa dihasilkan oleh orang
yang tidak
bisa menerima dirinya secara utuh.”
(Lowell)
Sumber : Buku Kedasyatan Berfikir
Positif oleh A.N Ubaedy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar