Halaman

Jumat, 06 Januari 2012

Tulisan 24 (Positifkan Hubungan Ke Dalam)


POSITIFKAN HUBUNGAN KE DALAM

Sebagai bagian dari proses untuk menjadi orang yang berfikir positif itu, langkah yang kita lakukan adalah mempositifkan hubungan ke dalam atau hubungan dengan diri sendiri. Ini akan menghasilkan self concept yang bagus, self esteem yang bagus, atau self transformation yang bagus. Bagaimana langkahnya? Langkah fundamental yang perlu kita lakukan adalah :
Pertama, temukan sisi sisi positif yang ada didalam diri anda lalu gunakan itu untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk mewujudkan prestasi. Sisi sisi positif ini bisa berbentuk, antara lain :
-          Bakat / keunggulan alamiah yang anda miliki
-          Ilmu pengetahuan / pengalaman yang anda miliki
-          Sifat-sifat positif yang anda miliki
-          Nilai-nilai positif yang anda yakini
-          Resource tertentu yang anda miliki, misalnya : fasilitas, dukungan keluarga / orang lain, atau “nasib baik” yang melekat pada diri anda
Kenapa ini penting untuk ditemukan dan digunakan? Alasannya sederhana saja. Kalau kita tidak dapat menemukan berbagai bentuk sisi positif yang ada pada diri kita, maka kitapun tidak punya alasan yang begitu kuat untuk berfikir positif pada diri sendiri.
Perlu kita sadari bahwa setiap orang itu memiliki sisi-sisi positif yang kerap disebut potensi. Sama juga bahwa setiap orang memiliki kekurangan atau bisa kita sebut sisi-sisi negatif. Bedanya, sisi positif itu tidak muncul secara otomatik. Ini beda dengan posisi negatif. Supaya sisi positif itu muncul, ini membutuhkan usaha penggalian.
Ibarat tambang emas, biasanya emas yang ada di dalam tambang itu menempel pada bebatuan di tempat yang tidak kelihatan mata. Untuk mengambil emas itu dibutuhkan penggalian, pengolahan dan pemasaran atau penggunaan.
Agama, karena itu, menganjurkan kita untuk bersyukur. Bersyukur disini bukan hanya sebatas kita mengucapkan alhamdulillah (segala puji bagi Allah). Ucapan demikian termasuk dalam pengertian syukur juga, tetapi kalau dilihat dari skalanya, tentu masih rendah, atau kurang “ngefek”. Skala kesyukuran yang paling tinggi adalah ketika kita sudah menggunakan potensi atau sumbernya (resource) untuk meraih tujuan tujuan positif (kesuksesan atau prestasi) berdasarkan keadaan kita dengan cara-cara yang tidak melanggar. Untuk bisa syukur dengan skala seperti ini harus dimulai dari penilaian yang positif.
Kedua, rumuskan tujuan yang jelas. Tujuan adalah sasaran yang benar-benar ingin kita raih dari apa yang kita lakukan hari ini. Tujuan ini berbeda dengan khayalan. Khayalan itu biasanya berupa sesuatu yang ingin kita raih, tapi dasarnya bukan usaha. Semua orang berprestasi pikirannya dipenuhi tujuan-tujuan yang jelas.
Apa hubungan antara tujuan dan pikiran positif? Tentu hubungan itu sangat jelas. Ketika mengisi hari-hari kita dengan usaha untuk mencapai tujuan itu, batin kita dinamis. Ketika batin ini dinamis maka kita bisa merasakan sesuatu yang positif dalam diri kita. Ketika kita bisa merasakan sesuatu yang positif, maka kita pun jauh lebih mudah melihat sisi-sisi positif yang ada dalam diri kita. Ini akan berbeda seratus persen dengan ketika batin kita mandek dan langkah kita mandek. Batin yang mandek akan mengeluarkan kotoran dan kotoran itu akan berimbas pada munculnya kebiasaan negatif. Salah satu bentuk riil dari kotoran negatif itu adalah kemalasan.

“sebagian besar kesuksesan muncul dari kegagalan.
Saya menjadi seorang kartunis  karena saya gagal meraih tujuan saya menjadi eksekutif.”
(Scott Adams, American Cartoonist)

“kalau kita membaca, maka yang bertambah baik
bukan saja ilmu kita atau wawasan kita.
Penilaian dan perasaan kita terhadap diri sendiri pun akan membaik.”

Sumber : Buku Kedasyatan Berfikir Positif oleh A.N Ubaedy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar